Kursi, Penduduk, dan Kedudukan
Kursi. Seringkali kata "kursi" menjadi contoh untuk menjelaskan konsep bahasa. Apakah wujud bentuk yang biasa dipergunakan untuk meletakkan tubuh dengan tumpuan bokong dan sekaligus ada sandaran untuk punggung itu yang disebut "kursi" ataukah kata "kursi" itu sendiri adalah "kursi" ataukah gagasan tentang tempat duduk yang disebut "kursi"? Ah, aku sendiri jadi susah menjelaskan perdebatan tentang "kata", benda, dan "gagasan" itu.
Kursi dalam bahasa Indonesia memang memiliki makna konotatif dan makna denotatif. Makna yang merujuk pada wujud kursi tempat duduk secara fisik dan makna yang merujuk pada jabatan atau kekuasaan. Dalam Al-Qur'an ada term "Kursi", bahkan ada nama "ayat kursi", yang menggambarkan kekuasaan Allah, Tuhan dari segala yang dituhankan. Bahasa Indonesia menyerap term "Kursi" memang dari bahasa Arab.
Kursi dalam bahasa sehari-hari menjadi bagian dari furniture dalam rumah, kantor, atau tempat-tempat lain yang ada manusianya. Kata "Duduk" menjadi kata yang paling akrab dengan kata "kursi". Kursi adalah kata benda, duduk adalah kata kerja atau predikat. Namun kata "duduk" juga bisa menjadi kata benda, dengan diubah sedikit menjadi "penduduk", "kedudukan", "pendudukan", dan seterusnya.
Wujud dari kata kerja duduk pun bisa bermacam-macam. Bisa duduk selonjor, bersila, dan sebagainya. Walaupun duduk tidak harus bergandengan kursi, tetapi duduk di kursi memberikan kesan yang formal. Di sini, kalau tidak di kursi kesannya seperti tidak serius, cenderung miskin. Karena itu, jika ada pejabat kok duduk lesehan, sering disebut merakyat. Artinya, rakyat itu cenderung miskin.
Sebaliknya, duduk di kursi kesannya menjadi makin wah, ketika kata kursi dimajazkan dengan jabatan atau kekuasaan. Memang sih, punya kursi itu perlu usaha tambahan, membikin sendiri atau membeli. Sedangkan lesehan tidak perlu usaha lagi. Langsung brok, tanpa mengangkat barang atau membeli yang empuk dulu.
Duduk dan kursi memang tidak selalu identik. Karena itu, penduduk itu tidak harus punya kursi. Jika dibandingkan, berapa jumlah penduduk yang memiliki kursi dengan yang tidak? Saya yakin bahwa jumlah kursi tidak sebanyak penduduknya. Makanya di kereta lebih banyak orang berdiri daripada duduk di kursi.
Sebenarnya apa sih pentingnya kursi bagi penduduk? Apakah penduduk yang tidak berkursi itu tidak bisa berkonsentrasi? Dan bagaimana jika kedudukan tanpa kursi, apakah dia bisa bekerja?
Kursi dalam bahasa Indonesia memang memiliki makna konotatif dan makna denotatif. Makna yang merujuk pada wujud kursi tempat duduk secara fisik dan makna yang merujuk pada jabatan atau kekuasaan. Dalam Al-Qur'an ada term "Kursi", bahkan ada nama "ayat kursi", yang menggambarkan kekuasaan Allah, Tuhan dari segala yang dituhankan. Bahasa Indonesia menyerap term "Kursi" memang dari bahasa Arab.
Kursi dalam bahasa sehari-hari menjadi bagian dari furniture dalam rumah, kantor, atau tempat-tempat lain yang ada manusianya. Kata "Duduk" menjadi kata yang paling akrab dengan kata "kursi". Kursi adalah kata benda, duduk adalah kata kerja atau predikat. Namun kata "duduk" juga bisa menjadi kata benda, dengan diubah sedikit menjadi "penduduk", "kedudukan", "pendudukan", dan seterusnya.
Wujud dari kata kerja duduk pun bisa bermacam-macam. Bisa duduk selonjor, bersila, dan sebagainya. Walaupun duduk tidak harus bergandengan kursi, tetapi duduk di kursi memberikan kesan yang formal. Di sini, kalau tidak di kursi kesannya seperti tidak serius, cenderung miskin. Karena itu, jika ada pejabat kok duduk lesehan, sering disebut merakyat. Artinya, rakyat itu cenderung miskin.
Sebaliknya, duduk di kursi kesannya menjadi makin wah, ketika kata kursi dimajazkan dengan jabatan atau kekuasaan. Memang sih, punya kursi itu perlu usaha tambahan, membikin sendiri atau membeli. Sedangkan lesehan tidak perlu usaha lagi. Langsung brok, tanpa mengangkat barang atau membeli yang empuk dulu.
Duduk dan kursi memang tidak selalu identik. Karena itu, penduduk itu tidak harus punya kursi. Jika dibandingkan, berapa jumlah penduduk yang memiliki kursi dengan yang tidak? Saya yakin bahwa jumlah kursi tidak sebanyak penduduknya. Makanya di kereta lebih banyak orang berdiri daripada duduk di kursi.
Sebenarnya apa sih pentingnya kursi bagi penduduk? Apakah penduduk yang tidak berkursi itu tidak bisa berkonsentrasi? Dan bagaimana jika kedudukan tanpa kursi, apakah dia bisa bekerja?
Post a Comment