Kutukan atau Keteledoran?
Ada "mitos" yang menyatakan bahwa apabila ada kendaraan baru yang mengalami kecelakaan maka kecelakaan itu akan terus berlanjut, entah sampai kapan. Peristiwa ini boleh dikata semacam kutukan. Percaya atau tidak, tentu kembali pada keyakinan masing-masing orang. Yang jelas ada banyak fakta yang menunjukkan kecenderungan ini sering terjadi.
"Kutukan" ini benar-benar saya alami ketika mempunyai mobil baru. Sewaktu mobil yang saya beli melalui Handoko (alm) datang, saya membuat slametan kecil-kecilan. Tidak lupa menyawernya. Ritual ini merupakan saran tetangga yang memiliki tradisi seperti itu. Hal ini sekaligus bagian dari upaya membangun komunikasi sosial kami dengan para tetangga yang baru kami kenal beberapa bulan.
Belum terlalu lama kami pakai, mobil itu menabrak jendela rumah. Kaca jendela rumah berantakan. Suaranya mengundang para tetangga perhatian. Saya tidak bisa berkata-kata. Kenapa bisa menabrak? Pada waktu saya menghidupkan mesin, rupanya giginya masuk satu, langsung mancal alias lompat. "Prak!!!" membentur daun jendela kaca yang terbuka. Tak ada luka mobil yang berarti. Hanya plat nomor yang berbenturan sedikit lecet, dan serpihan-serpihan kaca menyusup di sela-sela bamper depan.
Peristiwa kedua terjadi, juga tidak terlalu lama, sebuah motor menabrak bamper belakang saat saya menghindari lubang yang tiba-tiba tampak di depan mata. Meski tidak terlalu keras, pojok kanan bamper belakang sedikit menjorok ke depan.
Peristiwa ketiga, entah bagaimana ceritanya, setiba di rumah, ternyata bamper depan baret-baret. Tampaknya hal ini disebabkan motor yang menyelinapi sela-sela ruang, antara mobil saya dengan depan yang sempit, saat macet. Sekilas saya ingat ada orangtua yang mencoba memaksa melintasi depan saya.
Peristiwa keempat, bodi depan samping kiri bergesekan dengan mobil angkot tepat di perlintas rel kereta, depan stasiun Serpong. Cat pintu depan saya lecet.
Peristiwa kelima, bodi sebelah kanan tergores ujung kayu pada saat blusukan di kampung. Dan esok harinya, tepat setelah mendapatkan Surat Izin Mengemudi, istri saya bersenggolan dengan truk. Spion kanan hancur. Bodi kanan peyok, hingga kaca jendela kanan tidak bisa dibuka. Padahal, waktu itu mau dibawa mudik lebaran.
Peristiwa keenam, pagi-pagi saat mengantar keponakan, bodi dan spion bagian kanan disenggol truk yang mengantar besi. Dan peristiwa ketujuh, bamper belakang ditabrak motor hingga bolong, dan kaca lampu pecah berantakan.
Mengetahui peristiwa bertubi-tubi hanya dalam masa 2 tahun tersebut, tetangga dan teman-teman menyebut bahwa mobil saya sudah terlanjur "sial", sehingga harus "diruwat". Seorang pegawai bengkel menyarankan agar mobil saya dimandiin dengan bunga tujuh rupa. Sebagaimana pengalamannya terhadap berbagai mobil yang pernah dibawanya, ketika bekerja sebagai sopir.
Kini mobil saya sudah mulus lagi. Semoga tak ada lagi peristiwa yang menggores sedikitpun mobil saya. Terlepas dari masalah kesialan atau kutukan, secara rasional yang dapat saya pahami, disebabkan oleh masih rendahnya pengalaman saya dalam menyetir dan di jalan raya dalam bahasa sederhana "keteledoran". Seperti belajar sepeda, jatuh adalah biasa. Semoga konsentrasi dan kecekatan dalam mengendalikan mobil selama ini menjadi pelajaran yang berharga.
"Kutukan" ini benar-benar saya alami ketika mempunyai mobil baru. Sewaktu mobil yang saya beli melalui Handoko (alm) datang, saya membuat slametan kecil-kecilan. Tidak lupa menyawernya. Ritual ini merupakan saran tetangga yang memiliki tradisi seperti itu. Hal ini sekaligus bagian dari upaya membangun komunikasi sosial kami dengan para tetangga yang baru kami kenal beberapa bulan.
Belum terlalu lama kami pakai, mobil itu menabrak jendela rumah. Kaca jendela rumah berantakan. Suaranya mengundang para tetangga perhatian. Saya tidak bisa berkata-kata. Kenapa bisa menabrak? Pada waktu saya menghidupkan mesin, rupanya giginya masuk satu, langsung mancal alias lompat. "Prak!!!" membentur daun jendela kaca yang terbuka. Tak ada luka mobil yang berarti. Hanya plat nomor yang berbenturan sedikit lecet, dan serpihan-serpihan kaca menyusup di sela-sela bamper depan.
Peristiwa kedua terjadi, juga tidak terlalu lama, sebuah motor menabrak bamper belakang saat saya menghindari lubang yang tiba-tiba tampak di depan mata. Meski tidak terlalu keras, pojok kanan bamper belakang sedikit menjorok ke depan.
Peristiwa ketiga, entah bagaimana ceritanya, setiba di rumah, ternyata bamper depan baret-baret. Tampaknya hal ini disebabkan motor yang menyelinapi sela-sela ruang, antara mobil saya dengan depan yang sempit, saat macet. Sekilas saya ingat ada orangtua yang mencoba memaksa melintasi depan saya.
Peristiwa keempat, bodi depan samping kiri bergesekan dengan mobil angkot tepat di perlintas rel kereta, depan stasiun Serpong. Cat pintu depan saya lecet.
Peristiwa kelima, bodi sebelah kanan tergores ujung kayu pada saat blusukan di kampung. Dan esok harinya, tepat setelah mendapatkan Surat Izin Mengemudi, istri saya bersenggolan dengan truk. Spion kanan hancur. Bodi kanan peyok, hingga kaca jendela kanan tidak bisa dibuka. Padahal, waktu itu mau dibawa mudik lebaran.
Peristiwa keenam, pagi-pagi saat mengantar keponakan, bodi dan spion bagian kanan disenggol truk yang mengantar besi. Dan peristiwa ketujuh, bamper belakang ditabrak motor hingga bolong, dan kaca lampu pecah berantakan.
Mengetahui peristiwa bertubi-tubi hanya dalam masa 2 tahun tersebut, tetangga dan teman-teman menyebut bahwa mobil saya sudah terlanjur "sial", sehingga harus "diruwat". Seorang pegawai bengkel menyarankan agar mobil saya dimandiin dengan bunga tujuh rupa. Sebagaimana pengalamannya terhadap berbagai mobil yang pernah dibawanya, ketika bekerja sebagai sopir.
Kini mobil saya sudah mulus lagi. Semoga tak ada lagi peristiwa yang menggores sedikitpun mobil saya. Terlepas dari masalah kesialan atau kutukan, secara rasional yang dapat saya pahami, disebabkan oleh masih rendahnya pengalaman saya dalam menyetir dan di jalan raya dalam bahasa sederhana "keteledoran". Seperti belajar sepeda, jatuh adalah biasa. Semoga konsentrasi dan kecekatan dalam mengendalikan mobil selama ini menjadi pelajaran yang berharga.
Di situlah pentingnya sesuatu itu diruwat. bukan dirukyah loh ya...
BalasHapus