Memancing
Seminggu yang lalu saya memancing ikan di sebuah pemancingan yang berada di kawasan Serpong. Kedua kalinya saya memancing di sana, bersama keluarga. Tempatnya luas. Ada kelompok khusus ikan-ikan monster. Ada kelompok ikan gurame. Ada ikan patin, ikan bawal, dan emas.
Pada waktu pertama kali memancing di sana, saya berhasil mendapatkan seekor ikan gurame dan dua ekor bawal, sayang dua pancing kami putus dimakan ikan. Memancing kedua kami berhasil membawa tiga ekor bawal merah, dan melepaskan beberapa ekor, termasuk dua mata pancing karena senarnya putus.
Entah sudah berapa lama saya tidak memancing ikan sebelumnya. Kalau tidak salah, terakhir kali memancing di pantai Kota Semarang. Beberapa kali memancing di kota itu saya gagal membawa ikan sama sekali. Mata pancing selalu saja putus, entah karena tercantol sampah atau batu karang.
Sewaktu di kampung halaman, memancing adalah bagian dari jenis aktivitas musiman, sebagaimana main layang-layang dan lain-lain. Ketika dan setelah banjir, biasanya kami memancing. Beberapa tempat biasanya terjadi genangan air yang cukup lama, dan di sana ada banyak ikan: biasanya ikan betik, mujahir, dan keting.
Selain itu, kami biasa memancing di Bengawan Solo. Di bengawan yang sering membawa banjir ini, jenis ikan yang paling sering kami peroleh adalah ikan keting, wagal, dan ikan beloso. Ada juga yang pernah memeroleh udang gala, tapi saya tidak pernah sama sekali.
Di samping memancing ikan-ikan kecil seperti itu, kadang kami memancing ikan gabus. Memancing ikan gabus ini mempunyai istilah sendiri, yaitu "njegog". Mata pancing dan umpannya khusus. Ukurannya lebih besar. Umpannya kadang ikan betik kecil hasil memancing, kadang katak kecil, dan kadang pula coro. Njegog ini memang mengasyikkan. Butuh waktu yang cukup lama. Biasanya, kalau dapat, ikan gabusnya cukup besar, bahkan sampai dua kilogram.
Njegog ini mirip dengan "mbanjur" alias memancing kepiting, pancingnya sama-sama ditinggal dan hanya ditengok-tengok saja. Bedanya mata pancing mbanjur atau memancing kepiting ini hanya menggunakan kayu. Biasanya, yang dipakai umpan mbanjur ini menggunakan yuyu atau kampat, sejenis kepiting berukuran kecil, atau kadang menggunakan potongan belut.
Memancing yang cukup seru, menurut saya, adalah memancing belut. Menggunakan mata pancing ukuran cukup besar seperti njegog dan umpan udang biasa. Mata pancing digerak-gerakkan di atas lubang liang sarang belut. Jika belut itu merespon dan memakan pancing itu, whut, tarikannya sangat kuat. Jika menggunakan senar yang kecil, kemungkinan bisa putus.
Memancing memang seru. Tapi di kampung halaman kelahiran saya, jarang yang dijadikan sebagai matapencaharian. Mungkin karena orang-orang di kampung saya kebanyakan petani tambak. Terlalu sepele jika hanya sekadar memancing.
Pada waktu pertama kali memancing di sana, saya berhasil mendapatkan seekor ikan gurame dan dua ekor bawal, sayang dua pancing kami putus dimakan ikan. Memancing kedua kami berhasil membawa tiga ekor bawal merah, dan melepaskan beberapa ekor, termasuk dua mata pancing karena senarnya putus.
Entah sudah berapa lama saya tidak memancing ikan sebelumnya. Kalau tidak salah, terakhir kali memancing di pantai Kota Semarang. Beberapa kali memancing di kota itu saya gagal membawa ikan sama sekali. Mata pancing selalu saja putus, entah karena tercantol sampah atau batu karang.
Sewaktu di kampung halaman, memancing adalah bagian dari jenis aktivitas musiman, sebagaimana main layang-layang dan lain-lain. Ketika dan setelah banjir, biasanya kami memancing. Beberapa tempat biasanya terjadi genangan air yang cukup lama, dan di sana ada banyak ikan: biasanya ikan betik, mujahir, dan keting.
Selain itu, kami biasa memancing di Bengawan Solo. Di bengawan yang sering membawa banjir ini, jenis ikan yang paling sering kami peroleh adalah ikan keting, wagal, dan ikan beloso. Ada juga yang pernah memeroleh udang gala, tapi saya tidak pernah sama sekali.
Di samping memancing ikan-ikan kecil seperti itu, kadang kami memancing ikan gabus. Memancing ikan gabus ini mempunyai istilah sendiri, yaitu "njegog". Mata pancing dan umpannya khusus. Ukurannya lebih besar. Umpannya kadang ikan betik kecil hasil memancing, kadang katak kecil, dan kadang pula coro. Njegog ini memang mengasyikkan. Butuh waktu yang cukup lama. Biasanya, kalau dapat, ikan gabusnya cukup besar, bahkan sampai dua kilogram.
Njegog ini mirip dengan "mbanjur" alias memancing kepiting, pancingnya sama-sama ditinggal dan hanya ditengok-tengok saja. Bedanya mata pancing mbanjur atau memancing kepiting ini hanya menggunakan kayu. Biasanya, yang dipakai umpan mbanjur ini menggunakan yuyu atau kampat, sejenis kepiting berukuran kecil, atau kadang menggunakan potongan belut.
Memancing yang cukup seru, menurut saya, adalah memancing belut. Menggunakan mata pancing ukuran cukup besar seperti njegog dan umpan udang biasa. Mata pancing digerak-gerakkan di atas lubang liang sarang belut. Jika belut itu merespon dan memakan pancing itu, whut, tarikannya sangat kuat. Jika menggunakan senar yang kecil, kemungkinan bisa putus.
Memancing memang seru. Tapi di kampung halaman kelahiran saya, jarang yang dijadikan sebagai matapencaharian. Mungkin karena orang-orang di kampung saya kebanyakan petani tambak. Terlalu sepele jika hanya sekadar memancing.
ajak-ajak poo rek nek mancing...
BalasHapusLek sampeyan merene tak ajak mancing berarti.. hehe
Hapus