Tidak Sekadar Bayaran

Saat bertemu dan berbincang-bincang tentang pekerjaan seringkali muncul masalah bayaran. Wajar, 'kan? Tapi ada juga teman-teman itu enggan menyebut jumlah. Kenapa? Itu bagian dari rahasia pribadinya. Bahkan rahasia terhadap istrinya.

Suatu ketika, seorang teman menawari MLM. Uangnya banyak. Cepet. Gampang. Gak pake repot. Dan sebagainya. Sepertinya enak sekali punya uang banyak. Mau apa saja gampang. Bahkan kalau perlu tidak usah bangun dari kamar tidur, semua terpenuhi.

Tapi entah kenapa setelah dipikir-pikir, pekerjaan begitu itu tidak ada menarik-menariknya. Masa sih hidupnya kok kayaknya hanya sekadar untuk itu. Ah, ini gara-gara ajaran agama yang pernah aku baca. "Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka dia akan mendapatkannya. Dan barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka dia akan mendapatkan dunia dan akhirat."

Sebenarnya sih ada ajaran juga, "Kejarlah dunia seserius mungkin seakan engkau akan hidup selamanya. Dan beribadahlah sekhusyuk mungkin seakan esok hari engkau bakal mati." Kedua ajaran ini jelas-jelas mendorong untuk menyeimbangkan antara idealisme dan pragmatism. Mungkin karena kedua ajaran ini, rasanya kalau melihat orang hidup semata-mata kerja itu kok gak keren sama sekali.

Saya kadang memperhatikan orang-orang di pasar tradisional. Saya membayangkan dia berangkat dinihari, buka lapak, sampai siang hari. Setelah itu tidur, hingga sore, siap-siap berangkat ke pasar. Malam berangkat lagi. Begitu setiap hari dia bekerja. Pertanyaan saya, kapan menikmati hasil kerjanya? Mungkin kelak kalau sudah tua. Saat sudah tidak berdaya lagi. Tapi itu hanya khayalan saya belaka. Bukan fakta yang sebenarnya.

Padahal sebenarnya setiap orang itu memiliki kebahagiaan yang berbeda-beda. Kata teman-teman, tampaknya saat ini engkau enak sekali, tidak perlu kerja setiap hari, tapi bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ada juga yang melihat, tampaknya engkau enak sekali. Berangkat kerja setiap hari, tak perlu dimarahi istri setiap hari.

Seorang teman pernah posting status, dan itu menarik sekali. Dia bilang, setidaknya kita perlu punya tiga dunia. Dunia kerja, dunia hobi, dan dunia keluarga. Saat stres di dunia kerja dan dunia keluarga, kita bisa terhibur di dunia hobi. Begitu juga bolak-balik di antara tiga dunia tersebut.

Lah kalau dunia kerja tok, pulang menyerahkan uang kepada pedagang, terus apa kenikmatan hidup ini? Tak ada kenangan indah. Stres bisa stroke. Kalau hidup tak sekadar bayaran, enjoy your life...

Tidak ada komentar