Jendela

Ketika berdiri di depan jendela rumah, saya kadang terbayang masa lalu. Apalagi melihat anak saya memanjat-panjat teralis jendela itu. Ah, bermain di jendela itu tampaknya mengesankan.

Jendela tampaknya memang sekadar ventilasi, jalan keluar masuk angin, untuk kesegaran rumah. Jendela kadang menghasilkan pemandangan di luar rumah tampak beda, mungkin menjadi frame. Saya jadi ingat bagaimana seorang arsitek membuat jendela sebagai frame (seperti foto) lanscape yang hidup. Karena bentuk jendela memang tidak harus konvensional, tetapi perlu juga diimajinasikan sebagai bagian aksesoris dalam rumah.

Kalau keliling ke berbagai daerah, atau lihat rumah-rumah tetangga di kampung, saya melihat bentuk jendela juga mengalami trendnya masing-masing. Ada era bentuk jendela hanya berupa kaca gelap dengan ukuran besar, tanpa lubang angin. Ada era bentuk jendela dengan tumpuan berada tengah, atas-bawah, sehingga jendela bisa diputar seperti kipas. Ada era jendela dengan teralis besi bulat-bulat atau jeruji vertikal atau horizontal. Sehingga kita bisa mengira-kira bahwa rumah ini dibangun tahun 1980-an atau 1960-an atau 2000-an.

Bagi anak-anak, seperti masa kecil saya, bermain di jendela bukan saja menghasilkan pemahaman tentang fungsi jendela sebagaimana umumnya, tetapi juga menghasilkan imajinasi-imajinasi lain, seperti batas ruang publik dan ruang privat, lubang untuk meloloskan diri, dan sebagainya.

Namun istilah jendela kini telah mengalami pelebaran makna, dengan adanya penggunaan nama Windows, yang berarti jendela, pada salah satu merek software komputer. Apalagi komputer, seiring dengan perkembangan teknologi, bertemu dengan internet, jendela telah benar-benar merusak imajinasi konvensional tentang jendela rumah. Jendela menjadi tempat untuk melihat dunia, yang kini hadir sangat ramai di segala ruang. Meski kadang menjadi ruang tanggung antara ruang publik dan ruang privasi, kini jendela kadang bukan lagi menjadi ruang transisi, tetapi jendela ada ruang publik itu sendiri.

Meski demikian, banyak orang yang terbiasa hidup tanpa jendela. Mereka adalah orang yang hanya mengenal ruang publik dan ruang privat, tanpa ada ruang antara-antara. Ketika orang memakai jendela, dia tidak tampak seluruhnya atau tidak terhalang seluruhnya. Setengah badan kita boleh dilihat, setengah badan lainnya tidak boleh dilihat. Kadang inilah gambaran orang malu-malu. Nah, apakah bentuk jendela juga mencitrakan karakter seseorang? Coba saja perhatikan.. hehehe

Tidak ada komentar