Membaca Shalawat dan Syair

"Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman bershalawatlah kalian untuk Nabi.."

Ayat di atas hampir setiap saat dibaca, terutama ketika tahlil. Ayat ini dibaca seiring dengan pembacaan shalawat, minimal berbunyi, "Allahumma shalli ala Muhammad", lalu diikuti dengan bacaan shalawat yang lain. Jenis bacaan shalawat memang telah berkembang banyak. Ada shalawat nariyah, shalawat fatih, shalawat badar, shalawat haji, shalawat qur'an, dan seterusnya.

Perkembangan bacaan shalawat ini menunjukkan kreatifitas para ulama dan penyair untuk mengungkapkan do'a dan rasa takjub kepada Nabi Muhammad. Memang Allah menyukai keindahan, dan shalawat-shalawat itu diungkapkan dengan penuh keindahan. Saya kira, di antara puisi atau syair yang paling banyak dibaca adalah puisi tentang Nabi Muhammad. Bukan hanya dibaca, tetapi juga dihapal.

Apakah Nabi Muhammad juga penyair? Nabi pernah menolak disebut sebagai penyair, karena apa yang diucapkan secara indah adalah Al-Qur'an. Nabi juga sempat gundah, apakah dia tiba-tiba menjadi penyair saat awal-awal menerima wahyu, sebab untaian kata-katanya memang indah. Para kafir Quraisy sempat juga mencari label kepada Muhammad, antara lain bahwa Muhammad adalah penyihir, penyair, dan sebagainya. Namun secara tegas Nabi menolak sebagai penyair ketika ada seseorang yang tiba-tiba datang dan menyuruhnya untuk membaca. "Saya bukan punyair, yang aku katakan adalah Al-Qur'an."

Nabi Muhammad tampaknya sengaja menegaskan dirinya bukan penyair untuk mempertegas bahwa dirinya tidak bakat bersyair. Jika Nabi Muhammad mengaku sebagai penyair juga, maka akan berdampak pada ketidakpercayaan kaum Quraisy kafir bahwa yang diucapkan adalah syair, bukan wahyu Tuhan.

Saya sendiri heran kenapa Bahasa Arab tampaknya sangat mudah untuk melahirkan ungkapan-ungkapan yang indah. Ada yang bilang, memang gurun pasirlah yang melahirkan bahasa Arab yang indah, seperti desau angin yang setiap saat terdengar indah.

Lalu apa urusan syair dengan baca shalawat? Membaca shalawat itu berpahala. Bersyair shalawat tentu pahalanya berlipat... halah.. Maksudnya, apa salahnya membuat puisi atau syair berisi shalawat? tentu berpahala juga, kan? Mari kita taklukkan para pembuat shalawat dengan puisi-puisi shalawat masa kini.. Sebab, syair-syair shalawat yang dikarang orang-orang dahulu sangat banyak dan indah-indah.. Apakah keindahan shalawat sudah habis? Ah, tentu masih banyaklaaah...


Tidak ada komentar