Waktu dan Jam
Saya tidak tahu apa definisi waktu yang benar-benar tepat, mudah dipahami, dan tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan lagi. Mendefinisikan waktu tanpa contoh tampaknya sulit sekali. Kamus Bahasa Indonesia sendiri mendefinisikan waktu begitu rumit, bagi saya. Waktu, dalam KBBI adalah "seluruh rangkaian saat ketika proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung." Pengertian ini menurut saya masih terlalu rumit.
Meski sulit didefinisikan secara sederhana, ketika ada seseorang berbicara waktu, saya langsung teringat pada jam, hari, bulan, tahun, dan seterusnya. Dengan merujuk pada tanda-tanda tersebut, semua menjadi mudah dipahami. Kata tanya yang spesifik terkait waktu juga ada, yaitu "kapan?" Tampaknya, ngomong waktu tanpa ada kata "kapan" kok sulit sekali. Selain kata "kapan", ada juga petanda yang menunjukkan bicara waktu, yaitu "saat", "ketika", "kala", "periode", dan "zaman".
Sumber utama waktu terbesar adalah matahari dan bulan. Perputaran matahari, bulan, dan bumi menjadi rujukan utama manusia untuk menentukan "kapan". Mungkin tanpa ada matahari dan bulan manusia tidak punya konsep waktu. Matahari dan bulan membuat manusia sadar bahwa kehidupan ini bisa berubah, tiba-tiba gelap, terang, suram, dan seterusnya. Coba kalau tidak ada perubahan gelap dan terang? Mungkin kehidupan ini begitu kacau.
Kini sebagian manusia ada yang membuat hidupnya sudah mengabaikan matahari dan bulan. Mereka hidup dalam ruangan tanpa membutuhkan cahaya matahari. Tertutup. Hanya lampu yang menyala di ruangannya. Dia tidak tahu apakah sudah malam atau masih pagi. Tiba-tiba saja dia merasa lelah, mengantuk, dan tidur. Lalu, bangun tidur, beraktivitas, lelah, dan seterusnya.
Masih mending dia mengenal jam. Mungkin ada jam dinding atau jam digital di komputer atau handphonenya. Hari dan tanggal tampaknya tidak terlalu penting baginya. Apa artinya tanggal dan bulan, apalagi tahun, jika hidupnya hanya di kamar.
Ah, saya jadi ingat buyut dari istri saya. Bertahun-tahun beliau hidup di dalam kamar. Hanya bisa terbaring di ranjang. Tidak ada jam. Beliau memang tidak butuh hari atau bulan. Beliau menandai waktu hanya dari suara azan yang berkumandang dari mikropon langgar. Beliau bisa tahu ada perubahan waktu karena ada azan subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Bayangkan jika tidak ada suara penanda waktu?
Waktu shalat bagi masyarakat tertentu menjadi pengganti jam yang lumayan jelas. Mereka bisa janjian tanpa merujuk pada jam tertentu, tetapi menggunakan waktu shalat. Misal, "kita akan ketemu besok habis dzuhur", maka orang tersebut akan berkumpul sekitar pukul 12-13, atau "kita akan ketemu sebelum ashar", maka orang tersebut akan bertemu sekitar pukul 14-15.
Lah, bicara waktu dan jam kok bisa urusannya seperti ini? Biarlah waktu ini saya menulis seperti ini saja... hehehe
Meski sulit didefinisikan secara sederhana, ketika ada seseorang berbicara waktu, saya langsung teringat pada jam, hari, bulan, tahun, dan seterusnya. Dengan merujuk pada tanda-tanda tersebut, semua menjadi mudah dipahami. Kata tanya yang spesifik terkait waktu juga ada, yaitu "kapan?" Tampaknya, ngomong waktu tanpa ada kata "kapan" kok sulit sekali. Selain kata "kapan", ada juga petanda yang menunjukkan bicara waktu, yaitu "saat", "ketika", "kala", "periode", dan "zaman".
Sumber utama waktu terbesar adalah matahari dan bulan. Perputaran matahari, bulan, dan bumi menjadi rujukan utama manusia untuk menentukan "kapan". Mungkin tanpa ada matahari dan bulan manusia tidak punya konsep waktu. Matahari dan bulan membuat manusia sadar bahwa kehidupan ini bisa berubah, tiba-tiba gelap, terang, suram, dan seterusnya. Coba kalau tidak ada perubahan gelap dan terang? Mungkin kehidupan ini begitu kacau.
Kini sebagian manusia ada yang membuat hidupnya sudah mengabaikan matahari dan bulan. Mereka hidup dalam ruangan tanpa membutuhkan cahaya matahari. Tertutup. Hanya lampu yang menyala di ruangannya. Dia tidak tahu apakah sudah malam atau masih pagi. Tiba-tiba saja dia merasa lelah, mengantuk, dan tidur. Lalu, bangun tidur, beraktivitas, lelah, dan seterusnya.
Masih mending dia mengenal jam. Mungkin ada jam dinding atau jam digital di komputer atau handphonenya. Hari dan tanggal tampaknya tidak terlalu penting baginya. Apa artinya tanggal dan bulan, apalagi tahun, jika hidupnya hanya di kamar.
Ah, saya jadi ingat buyut dari istri saya. Bertahun-tahun beliau hidup di dalam kamar. Hanya bisa terbaring di ranjang. Tidak ada jam. Beliau memang tidak butuh hari atau bulan. Beliau menandai waktu hanya dari suara azan yang berkumandang dari mikropon langgar. Beliau bisa tahu ada perubahan waktu karena ada azan subuh, dzuhur, ashar, magrib, dan isya. Bayangkan jika tidak ada suara penanda waktu?
Waktu shalat bagi masyarakat tertentu menjadi pengganti jam yang lumayan jelas. Mereka bisa janjian tanpa merujuk pada jam tertentu, tetapi menggunakan waktu shalat. Misal, "kita akan ketemu besok habis dzuhur", maka orang tersebut akan berkumpul sekitar pukul 12-13, atau "kita akan ketemu sebelum ashar", maka orang tersebut akan bertemu sekitar pukul 14-15.
Lah, bicara waktu dan jam kok bisa urusannya seperti ini? Biarlah waktu ini saya menulis seperti ini saja... hehehe
Post a Comment