Betengan
"Beteeeng!!!"
Teringat teriakan itu saya menjadi tersenyum sendiri. Hampir tiga puluhan tahun yang lalu,tatkala berusia antara 6 sampai 10 tahun, saya sangat bangga dan bahagia jika bisa meneriakan kata beteng. Tak sekadar bersuara keras, tapi juga dengan perasaan penuh. Seperti ada kekuatan magisnya.
Ingin sekali saya bisa meneriakkan kata itu lagi setiap saat. Teriakkan yang mampu mencampakkan perasaan takut dan khawatir.
Saya mencoba meneriakkannya berulangkali di kamar atau di lapangan saat sendiri. Sampai seperti orang gila, saya belum bisa menemukan perasaan yang saya alami waktu kecil itu. Saya juga sudah mencoba meneriakkannya sambil ketawa sebagaimana yang saya lakukan saat belia itu. Mungkin saya perlu pulang kampung dulu untuk bisa memekikkan kata beteng dengan sempurna.
"BETEEEEEENG!!!!"
"bEEEtEEEEng!!!"
"Beeetttttteng!"
Betengan adalah jenis permainan menjaga sebuah wilayah. Dua kelompok berada di masing-masing wilayah yang berpusat pada satu titik, bisa berupa, tiang, tembok, atau lainnya. Wilayah itu harus dijaga ketat agar tidak disentuh oleh kelompok yang lain. Biasanya kami harus suit dulu untuk menentukan siapa dulu anggota yang harus lari untuk dikejar. Orang yang terakhir menyentuh titik tolaknya adalah orang yang paling kuat. Ketika ada orang yang tersentuh, dia akan ditahan. Tahanan itu akan terbebas jika disentuh oleh temannya. Begitu aturan yang berlaku.
Ketika satu grup tinggal satu orang yang menjaga wilayahnya, grup yang lain dengan anggotanya yang bebas paling banyak biasanya akan mengepung musuhnya. Taktik untuk menjauhkan musuh dari titik tolaknya, dan menyentuh titik tolaknya adalah adegan paling menyenangkan... di sanalah teriakan BETENG akan terasa sensaional...
Bagi saya, permainan ini sangat terasa pentingnya. Di sini saya merasa terlatih untuk berstrategi, berlari zigzag agar tidak tertangkap, berkelit, dan sebagainya. Dan yang paling penting, di sini belajar membela bangsa, menggelorakan nasionalisme kita...
Teringat teriakan itu saya menjadi tersenyum sendiri. Hampir tiga puluhan tahun yang lalu,tatkala berusia antara 6 sampai 10 tahun, saya sangat bangga dan bahagia jika bisa meneriakan kata beteng. Tak sekadar bersuara keras, tapi juga dengan perasaan penuh. Seperti ada kekuatan magisnya.
Ingin sekali saya bisa meneriakkan kata itu lagi setiap saat. Teriakkan yang mampu mencampakkan perasaan takut dan khawatir.
Saya mencoba meneriakkannya berulangkali di kamar atau di lapangan saat sendiri. Sampai seperti orang gila, saya belum bisa menemukan perasaan yang saya alami waktu kecil itu. Saya juga sudah mencoba meneriakkannya sambil ketawa sebagaimana yang saya lakukan saat belia itu. Mungkin saya perlu pulang kampung dulu untuk bisa memekikkan kata beteng dengan sempurna.
"BETEEEEEENG!!!!"
"bEEEtEEEEng!!!"
"Beeetttttteng!"
Betengan adalah jenis permainan menjaga sebuah wilayah. Dua kelompok berada di masing-masing wilayah yang berpusat pada satu titik, bisa berupa, tiang, tembok, atau lainnya. Wilayah itu harus dijaga ketat agar tidak disentuh oleh kelompok yang lain. Biasanya kami harus suit dulu untuk menentukan siapa dulu anggota yang harus lari untuk dikejar. Orang yang terakhir menyentuh titik tolaknya adalah orang yang paling kuat. Ketika ada orang yang tersentuh, dia akan ditahan. Tahanan itu akan terbebas jika disentuh oleh temannya. Begitu aturan yang berlaku.
Ketika satu grup tinggal satu orang yang menjaga wilayahnya, grup yang lain dengan anggotanya yang bebas paling banyak biasanya akan mengepung musuhnya. Taktik untuk menjauhkan musuh dari titik tolaknya, dan menyentuh titik tolaknya adalah adegan paling menyenangkan... di sanalah teriakan BETENG akan terasa sensaional...
Bagi saya, permainan ini sangat terasa pentingnya. Di sini saya merasa terlatih untuk berstrategi, berlari zigzag agar tidak tertangkap, berkelit, dan sebagainya. Dan yang paling penting, di sini belajar membela bangsa, menggelorakan nasionalisme kita...
Post a Comment