Misteri Janda
Banyak data yang menyatakan bahwa jumlah janda lebih banyak daripada duda. Tentu dalam hal ini perlu dipertegas bahwa seseorang bisa menjadi duda atau janda setelah melewati proses pernikahan. Penegasan ini sekadar membatasi pembahasan ini. Sebab, banyak pasangan yang tidak melewati proses pernikahan, sudah mengaku-aku duda/janda. Apakah masih perlu pembahasan tentang pernikahan? Oke, sekilas saja agar nyambung.
Di Indonesia, seseorang dikatakan sudah menikah jika pernikahannya dinyatakan sah oleh agama dan kepercayaan masing-masing. Persoalan pernikahan itu dicatatkan atau tidak, itu perkara lain. Bagaimanakah bentuk atau proses pernikahan yang sah menurut agama dan kepercayaan itu? Tergantung bagaimana agama dan kepercayaan itu mengajarkan tentang pernikahan masing-masing. Ada yang harus melakukan akad, ada yang cukup dinyatakan "Kalian adalah suami-istri", atau yang lainnya.
Setelah dinyatakan sebagai suami-istri, mereka dibatasi dengan aturan-aturan. Sebagai suami-istri mereka juga bisa berpisah, baik akibat kematian maupun akibat melanggar aturan-aturan. Suami atau istri juga bisa mengajukan pisah ke pengadilan dengan alasan-alasan yang bisa diterima oleh hukum. Walaupun secara hukum positif tidak sah perceraiannya, praktiknya mereka nyatanya bercerai, atau melepaskan status perkawinannya.
Memang, kadang hukum positif di negeri ini masih belum mampu membaca gejala sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga bagi aparat penegak hukum harus menafsirkan atau mengambil tindakan hukum sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, konteks dan situasinya masing-masing.
Perkara perceraian bukan hanya terjadi di kampung Anda, tetapi juga terjadi negara-negara lain. Ada yang data yang menunjukkan bahwa angka perceraian di Indonesia pada 2009 mencapai 10 persen dari jumlah total pernikahan yang ada dan 2013 meningkat menjadi 14,5 persen. Akhir-akhir ini angka perceraian dikabarkan terus meningkat. Di Amerika Serikat, konon angka perceraian malah mencapai 50 persen dari total pernikahan, dan terus meningkat. Apalagi orang putus pacaran, ya?
Karena adanya perpisahan akibat kematian atau perceraian inilah si lelaki disebut duda, sedangkan si perempuan disebut janda. Meski secara demografis jumlah laki-laki di Indonesia lebih banyak daripada jumlah perempuan, namun jumlah janda lebih banyak daripada jumlah duda. Menariknya lagi, kalau melihat data-data di tingkat Provinsi hingga Desa, persentase duda atau janda di tiap-tiap desa tampak tidak merata. Ada yang sedikit dan yang banyak.
Saya sendiri belum pernah melakukan penelitian khusus tentang kampung janda atau kampung duda, apa penyebab mereka janda/duda, akibat pisah mati atau cerai? Jika banyak janda/duda karena mati atau cerai, apa penyebab-penyebabnya? Mungkinkah karena wabah penyakit, pola hidup kurang sehat, lingkungan tidak sehat, pekerjaan, pola rumah tangga, pendidikan, usia pernikahan dini, atau lainnya.
Di Kabupaten Kendal, misalnya, tersiar kabar angka perceraian guru PNS SD meningkat tajam sejak 2012-2014 akibat perselingkuhan. Di Denpasar, angka perceraian pada 2013 mencapai 300 perkara, tahun 2014 meningkat menjadi 400 perkara, akibat maslah komunikasi. Di Kota Batu, 2014 angka perceraian meningkat sangat tajam, yakni 400 persen akibat perselingkuhan. Berita-berita ini masih hanya bersumber dari perkara perceraian yang ada di Pengadilan Agama. Belum lagi perkara perceraian yang tidak diurus di pengadilan. Saya kira jumlahnya lebih besar lagi.
Kasus perselingkuhan sebagai penyebab gugatan perceraian ini tentu ada banyak faktor-faktornya. Banyak yang menyatakan bahwa perselingkuhan ini disebabkan masuknya teknologi yang makin canggih, seperti smartphone, website, dan media sosial. Ada juga yang menengarai perselingkuhan ini akibat makin lemahnya institusi moral masyarakat. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lain, termasuk problem pekerjaan.
Selain itu, yang menarik lagi adalah kenapa jumlah janda lebih banyak dari duda? Ternyata, ada banyak fakta yang menyebabkan perbedaan jumlah ini. Yang paling umum, banyak janda yang terpisah karena kematian tidak mau menikah lagi, sedangkan duda sangat jarang tidak mau menikah akibat istrinya meninggal. Kenapa janda akibat meninggal tidak mau menikah lagi? Ada banyak norma di masyarakat yang tampaknya kurang mendukung janda meninggal menikah lagi. Namun alasan yang umum adalah si janda susah melupakan almarhum suaminya.
Menariknya lagi, ada banyak janda yang menikah lagi ternyata terpisah lagi. Bahkan seorang janda bisa mengalami janda sebanyak 4 kali. Entah misteri apa ini... yang jelas inilah misteri janda.
Rupanya, ada juga masyarakat yang keluarga-keluarganya cenderung mendorong anak perempuannya bercerai, sehingga menjadi janda. Jenis masyarakat ini umumnya menganggap anak perempuannya sangat penting bagi keluarganya. Jika suami anak perempuannya kurang bisa mencukupi kebutuhan keluarga, orangtuanya akan mendorong anaknya bercerai, dan mencari suami lagi yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarganya. Begitu seterusnya...
Di Indonesia, seseorang dikatakan sudah menikah jika pernikahannya dinyatakan sah oleh agama dan kepercayaan masing-masing. Persoalan pernikahan itu dicatatkan atau tidak, itu perkara lain. Bagaimanakah bentuk atau proses pernikahan yang sah menurut agama dan kepercayaan itu? Tergantung bagaimana agama dan kepercayaan itu mengajarkan tentang pernikahan masing-masing. Ada yang harus melakukan akad, ada yang cukup dinyatakan "Kalian adalah suami-istri", atau yang lainnya.
Setelah dinyatakan sebagai suami-istri, mereka dibatasi dengan aturan-aturan. Sebagai suami-istri mereka juga bisa berpisah, baik akibat kematian maupun akibat melanggar aturan-aturan. Suami atau istri juga bisa mengajukan pisah ke pengadilan dengan alasan-alasan yang bisa diterima oleh hukum. Walaupun secara hukum positif tidak sah perceraiannya, praktiknya mereka nyatanya bercerai, atau melepaskan status perkawinannya.
Memang, kadang hukum positif di negeri ini masih belum mampu membaca gejala sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sehingga bagi aparat penegak hukum harus menafsirkan atau mengambil tindakan hukum sesuai dengan kemampuan, pengetahuan, konteks dan situasinya masing-masing.
Perkara perceraian bukan hanya terjadi di kampung Anda, tetapi juga terjadi negara-negara lain. Ada yang data yang menunjukkan bahwa angka perceraian di Indonesia pada 2009 mencapai 10 persen dari jumlah total pernikahan yang ada dan 2013 meningkat menjadi 14,5 persen. Akhir-akhir ini angka perceraian dikabarkan terus meningkat. Di Amerika Serikat, konon angka perceraian malah mencapai 50 persen dari total pernikahan, dan terus meningkat. Apalagi orang putus pacaran, ya?
Karena adanya perpisahan akibat kematian atau perceraian inilah si lelaki disebut duda, sedangkan si perempuan disebut janda. Meski secara demografis jumlah laki-laki di Indonesia lebih banyak daripada jumlah perempuan, namun jumlah janda lebih banyak daripada jumlah duda. Menariknya lagi, kalau melihat data-data di tingkat Provinsi hingga Desa, persentase duda atau janda di tiap-tiap desa tampak tidak merata. Ada yang sedikit dan yang banyak.
Saya sendiri belum pernah melakukan penelitian khusus tentang kampung janda atau kampung duda, apa penyebab mereka janda/duda, akibat pisah mati atau cerai? Jika banyak janda/duda karena mati atau cerai, apa penyebab-penyebabnya? Mungkinkah karena wabah penyakit, pola hidup kurang sehat, lingkungan tidak sehat, pekerjaan, pola rumah tangga, pendidikan, usia pernikahan dini, atau lainnya.
Di Kabupaten Kendal, misalnya, tersiar kabar angka perceraian guru PNS SD meningkat tajam sejak 2012-2014 akibat perselingkuhan. Di Denpasar, angka perceraian pada 2013 mencapai 300 perkara, tahun 2014 meningkat menjadi 400 perkara, akibat maslah komunikasi. Di Kota Batu, 2014 angka perceraian meningkat sangat tajam, yakni 400 persen akibat perselingkuhan. Berita-berita ini masih hanya bersumber dari perkara perceraian yang ada di Pengadilan Agama. Belum lagi perkara perceraian yang tidak diurus di pengadilan. Saya kira jumlahnya lebih besar lagi.
Kasus perselingkuhan sebagai penyebab gugatan perceraian ini tentu ada banyak faktor-faktornya. Banyak yang menyatakan bahwa perselingkuhan ini disebabkan masuknya teknologi yang makin canggih, seperti smartphone, website, dan media sosial. Ada juga yang menengarai perselingkuhan ini akibat makin lemahnya institusi moral masyarakat. Dan masih banyak lagi alasan-alasan lain, termasuk problem pekerjaan.
Selain itu, yang menarik lagi adalah kenapa jumlah janda lebih banyak dari duda? Ternyata, ada banyak fakta yang menyebabkan perbedaan jumlah ini. Yang paling umum, banyak janda yang terpisah karena kematian tidak mau menikah lagi, sedangkan duda sangat jarang tidak mau menikah akibat istrinya meninggal. Kenapa janda akibat meninggal tidak mau menikah lagi? Ada banyak norma di masyarakat yang tampaknya kurang mendukung janda meninggal menikah lagi. Namun alasan yang umum adalah si janda susah melupakan almarhum suaminya.
Menariknya lagi, ada banyak janda yang menikah lagi ternyata terpisah lagi. Bahkan seorang janda bisa mengalami janda sebanyak 4 kali. Entah misteri apa ini... yang jelas inilah misteri janda.
Rupanya, ada juga masyarakat yang keluarga-keluarganya cenderung mendorong anak perempuannya bercerai, sehingga menjadi janda. Jenis masyarakat ini umumnya menganggap anak perempuannya sangat penting bagi keluarganya. Jika suami anak perempuannya kurang bisa mencukupi kebutuhan keluarga, orangtuanya akan mendorong anaknya bercerai, dan mencari suami lagi yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan keluarganya. Begitu seterusnya...
Post a Comment