Penipu Lewat Telepon Tertipu

Suara telepon genggam saya berdering keras, siang itu. Tertampillah nomor +6281283407639, entah nomor siapa itu. Ketika saya angkat, ternyata suara lelaki.

"Halo.."
"Halo! Lagi di mana ini?"
"Di kantor, lagi rapat. Siapa ini?"
"Gimana sih, kok nggak disimpan nomorku."
"Ntar ya, aku lagi rapat," jawab saya sambil menduga-duga itu suara siapa.
"O, ya sudah. Sampai jam berapa?"
"Sore," saya berpikir itu suara tetangga baru saya.

Sore harinya, nomor itu rupanya kembali menelepon. Tapi saya tidak tahu, karena dalam perjalanan. Kebetulan telepon tidak saya bunyikan, atau saya silent, karena rapat siang tadi terganggu. Karena ada misscall, saya tanya istri saya, apakah pak Dwi tadi ke rumah. Ternyata tidak.

Esok harinya, dia menelepon lagi. Lagi-lagi saya tidak tahu. Kalau memang itu tetangga baru saya, pasti datang ke rumah. Rupanya tidak juga. Sore hari dia telepon lagi. Akhirnya saya angkat.

"Halo.."
"Di mana ini? Lagi di jalan, ya?"
"Iya."
"Bisa berhenti sebentar? Aku mau minta tolong nih."
"Ada apa?"
"Berhenti sebentar dong, aku mau minta tolong. Aku ini ditangkap polisi. Ada razia."
"Di mana?"
"Ini di tempat biasa ada razia. Aku mau minta tolong kamu, nih. Tadi polisinya udah aku kasih uang Rp. 50.000, tapi aku tidak bawa surat-surat. Nanti kamu ngomong sama polisinya, kalau surat-suratku ketinggalan di rumah, ya. Setelah ini saya kasihkan telepon ini ke polisi lalu lintas ini, ya."
"Halo, selamat sore, pak."
"Ya, selamat sore."
"Saya dari kepolisian lalu lintas. Maaf saya bicara dengan siapa?"
"Saya Rudi."
"Ya, pak Rudi, domisili di mana?"
"Saya di Legok."
"Maaf, Legok di kecamatan apa?"
"Ya, Kecamatan Legok."
"Maaf, di kabupaten mana, Pak Rudi?"
"Kabupaten Tangerang."
"O, berarti Bapak masih warga kami, ya.."

Begitu saya mendengar pemahamannya tentang wilayahnya ngawur, telepon langsung saya tutup, dan meneruskan perjalanan saya. Saya langsung ingat berbagai modus penipuan melalui telepon. Sebenarnya saya ingin mengikuti terus alur pembicaraannya sampai ke mana. Tetapi cuaca langit menuntut saya buru-buru, daripada meladeni penipu macam itu.

Terus terang, saya mulai curiga modus penipuan ini sejak dia mengatakan "minta tolong". Suara penelepon itu memang asing, tetapi mirip dengan karakter suara tetangga saya yang perantau. Karena itu, ketika si suara yang mengaku polisi itu menanyakan alamat, saya langsung arahkan ke alamat kecamatan kebetulan aku lewat. Rupanya, dia malah kena perangkap saya. Padahal saya tidak menduga kalau dia malah tanya, "kecamatan mana?" dipertegas lagi dia mengatakan bahwa saya "masih warganya." Lengkaplah kesalahan penipuan itu...

Rupanya, modus penipuan razia polantas ini sudah lama. Tahun 2011 sudah ada berita tentang modus penipuan ini. Silahkan ikuti kelanjutan modus ini di Waspadai Penipuan Bermodus Teman yang Ditilang.

Tidak ada komentar