Selamat Jalan Pak Danarto
Saya hanya beberapa kali bertemu denganmu, mungkin tak sampai lima kali. Akan tetapi, ada satu kali pertemuan yang tak boleh saya lupakan. Waktu itu, sekitar tahun 2003 di Carrefour Lebak Bulus lantai 2, saya menyapamu saat antri di kafetaria. Saya memperkenalkan diri sebagai orang dari PTIQ dan engkau pun menanggapi secara ramah, bahkan langsung membayari segelas kopi saya dan segelas kopi teman saya.
Setelah engkau membayar dua gelas kopi dan segelas teh, kita mencari tempat duduk bersama. Duduk bertiga dan menghadap cangkir masing-masing, kita berbincang-bincang tentang cara membuat cerpen. Saya bilang bahwa saya ingin sekali bisa menulis cerpen. Saya sudah membaca cerpen dan sudah mencoba menulis cerpen. Akan tetapi, saya belum pernah bisa menyelesaikan satu tulisan cerpen pun. Hanya satu atau dua paragraf sudah macet. Engkau menyimak saya dengan seksama sambil sesekali menyeruput teh di cangkir.
Sambil tersenyum dan sesekali menyeruput teh, engkau pun menjelaskan bahwa membuat cerpen itu "seakan" tidak sulit. Seingat saya, engkau mengatakan bahwa menulis cerpen itu mudah. "Misal, pertemuan kita ini bisa ditulis. Kamu bisa juga," katamu, "mulai menceritakan dari apa yang kamu alami sejak berangkat dari depan IAIN sampai kita ketemu di sini."
Tak banyak memang tips yang engkau berikan kepada saya. Dan engkau lebih cepat menghabiskan secangkir air teh yang kaubeli daripada secangkir kopi saya. Kau segera berpamitan dan meninggalkan meja kursi sambil menenteng bungkusan plastik kecil. Sejak itu, saya tak pernah jumpa lagi hingga acara hari ulang tahun milis apresiasi sastra di Japan Foundation 2008. Saat itu saya sudah bisa menulis beberapa cerpen yang selesai walau tidak secanggih cerpenmu.
Kini, kau sudah meninggalkan kami semua. Terima kasih atas pelajaranmu, semoga saya bisa memanfaatkan pelajaranmu.. Selamat Jalan Pak Danarto... Salam untuk para penghuni surga di sana..
Post a Comment