Premo, Ergō Sum Ala Anom

Ungkapan Rene Descartes yang berbunyi Cagito Ergo Sum memang menarik hingga banyak orang yang membuat plesetannya. Anom Surya Putra, misalnya, memlesetkan ungkapan tersebut menjadi Premo, Ergo Sum, dan Aku Donasi Maka Aku Ada dijadikan jargon dalam bloggernya. Bukan hanya Anom, tapi banyak yang lain. Seperti, Selfito Ergo Sum, Corona Ergo Sum, Nyongor Ergo Sum, dst.

Sebenarnya apa maksud dari Premo Ergo Sum Anom ini? Apakah ia meragukan keberadaan websitenya atau ia ingin websitenya diakui atau website adalah eksistensinya? Hehehe

Anom memilih kata "Premo", dari bahasa Latin juga, yang berarti "press on" atau "tekan". Anom menerjemahkan menjadi "Click". Diperjelas lagi menjadi "Aku Klik Iklan". Mengapa kok begitu? Bingung tho? Aku yo bingung.. Iklan kok diklik? Dan ada apa dengan Iklan?

Premo Cagito Sum seakan ungkapan Anom yang meragukan keberadaan Iklan. Apakah iklan itu ada? Iklan menjadi subjek tentang keber-ada-an. Klik adalah tindakan subjek sebagaimana subjek berpikir dapat menentukan keber-ada-an sesuatu.

Dunia saat ini memang penuh dengan iklan. Hampir semua yang ada adalah iklan. Bangun tidur kita sudah disantap iklan. Keluar rumah semua tampak iklan. Buka handphone dan laptop langsung disambut iklan. Bahkan handphone dan laptop itu sendiri adalah iklan. Tak perlu jauh dari tubuh, baju juga iklan, bahkan rambut kita juga iklan.

Anom seperti meragukan, apakah iklan itu ada? Kalau tidak percaya, klik saja. Maka iklan itu ada. Bahkan adanya iklan itu menunjukkan diri kita juga ada. Kita adalah iklan.. 😅😅😅😁


1 komentar:

  1. Premo ergo sum bermakna ganda. Manusia "homo digitalis" mengandaikan dirinya eksis di dunia setelah memencet tombol atau fitur dalam teknologi online dan digital. Ketika ia tidak memencet tombol itu maka ia "tidak ada eksistensinya". Nah, di sisi lain, ketika ia klik iklan di laman blog maka ia menunjukkkan solidaritasnya. Bahwa ia menjadi penyelamat sang blogger yang dikunjunginya itu dari ancaman kemiskinan ekstrem. Ketimbang ia klik tulisan yang tidak bermutu atau remeh temeh akibat viralisme yang disebar oleh manusia "homo digitalis" juga. So, "call to action" ini penting untuk ketahanan pangan sang blogger, bukan? 😁

    BalasHapus