Demokrasi: Catatan Facebookku

Sekadar kenangan Facebook yang muncul setiap tahun. Kali ini, 19 November 2022. Tiba-tiba muncul kenangan tentang Demokrasi sebanyak tiga postingan. Setidaknya, tiga postingan ini menarik perhatian saya untuk diunggah lagi. Tentu tulisan ini sifatnya spontan dan idenya loncat-loncat. 

Sepintas, demokrasi seakan hanya memandang manusia seperti onderdil-onderdil mesin yang tak pernah dipakai, tak pernah aus, tak pernah bergeser. Nyatanya, onderdil yang terbuat dari tembaga pun mengalami keausan, pergeseran, memuai, atau berkarat. Ketika ornderdil tak lagi layak, dicarikanlah penggantinya, agar demokrasi bisa kembali hidup dan menghidupi. Namun, onderdil tak selamanya diproduksi untuk memenuhi mesin yang telah berubah. Jika demikian, demokrasi pun bisa menjadi barang rongsokan, yang hanya bisa dimanfaatkan dengan cara "kanibalisasi" atau peleburan dan daur ulang. Selain itu, mesin pun bisa macet saat bahan bakar telah habis menguap. 

Tentu saja saya tidak setuju dengan anggapan itu. Demokrasi memandang manusia sebagai entitas yang dinamis, progresif, kreatif, manipulatif, terus mengembangkan akal budinya. Demokrasi yang awalnya diciptakan sebagai mesin untuk mengatur keseimbangan sirkulasi udara yang beku dalam sistem monarki atau lainnya, demokrasi juga bisa dipergunakan manusia untuk kepentingan yang lain. Demokrasi bukan hanya memandang manusa, tetapi juga sebaliknya dipandang dari berbagai sudut untuk dicari onderdilnya yang bisa mainkan.

Demokrasi dituntut oleh elemen-elemen yang hidup di dalamnya agar sangat sensitif terhadap berbagai jenis bunyi, gerak, dan warna. Selirih apapu, sehalus apapun, dan seburam apapun minta diperhatikan.

Struktur kekuasaan dalam demokrasi cenderung berupa piramida terbalik. Makin besar kelompok, makin besar potensi untuk mendapat kewenangan mengatur dan memerintah. Begitu potensi sebaliknya. Mungkin hanya mimpi jika kelompok kecil mampu menempati ruang yang besar. Meski demikian, watak kekuasaan cenderung meruncing ke atas. Karena itu, walaupun mayoritas menjadi penguasa, tetap saja hanya segelintir yang menentukan sebuah keputusan.

Tidak ada komentar